Selasa 19 Mar 2024 12:49 WIB

Merger BTN Syariah-Muamalat Bisa Perluas Produk Pembiayaan 

Saat ini pemerintah menginginkan adanya konsolidasi bank syariah.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Gita Amanda
Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) melihat prospek positif dari rencana merger BTN Syariah dan Bank Muamalat. (ilustrasi)
Foto: BTN Syariah
Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) melihat prospek positif dari rencana merger BTN Syariah dan Bank Muamalat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) melihat prospek positif dari rencana merger BTN Syariah dan Bank Muamalat. Direktur Eksekutif Asbisindo Herbudhi Setio Utomo mengatakan dampak dari merger tersebut bisa kepada perluasan produk pembiayaan. 

“Salah satunya produk likuiditas ke bursa. Perintah dari OJK memang ada konsolidasi. Mereka pasti bisa masuk ke bursa (komoditi), pasti ada produk yang moving forward,” kata Herbudhi saat ditemui di Jakarta, Senin (18/3/2024) malam. 

Baca Juga

Terlebih, Herbudhi menuturkan saat ini pemerintah menginginkan adanya konsolidasi bank syariah. Diharapkan Indonesia tidak hanya memiliki banyak bank kecil karena tidak memiliki daya saing yang besar. 

“Karena kita ingin sekali bisa disandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Kita perlu daya saing yang kuat,” tutur Herbudhi.  

Untuk itu, Herbudhi menyebut merger tersebut juga bida berdampak kepada penambahan bank peserta yang melakukan transaksi komoditi di Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Terlebih, ICDX menargetkan pertumbuhan transaksi komoditi syariah pada tahun ini.  

“Kalau targetnya Rp 2,5 triliun pada tahun ini pasti akan banyak yang lebih besar lagi tambah banknya,” ucap Herbhudi.  

Herbudhi menilai bertambahnya peserta bank syariah transkasi komoditi syariah di ICDX tergantung kebutuhan. Dia optimitis bank peserta di transaksi komoditi stariah ICDX akan bertambah sesuai prospek positif ke depan. 

“Karena bank syariah itu akan meningkat sejalan sengan sektor riil. Begitu dia DPK nya masuk besar lendingnya pasti besar ke sektor riil. Begitu sektor riil banyak pasti mereka butuh likuiditas,” jelas Herdbudhi. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama ICDX Nursalam mengungkapkan peluang bursa komoditi syariah masih akan tumbuh besar. Nursalam mengatakan, bank peserta transaksi komoditi syariah juga saat ini akan bertambah dan sudah ada yang msuk dalam proses. 

“Ada empat proses antrean yaitu Nanobank Syariah, Bank BCA syariah, Bank Muamalat, dan Bank Panin Dubai Syariah,” kata Nursalam. 

Sejak pertama kali transaksi pada 2021, hingga saat ini jumlah peserta dan transaksi terus mengalami peningkatan. Data hingga saat ini, jumlah peserta transaksi komoditi syariah di ICDX mencapai delapan peserta lembaga keuangan syariah.

Data dari ICDX menyebutkan, beberapa lembaga keuangan yang telah menjadi peserta transaksi komoditi syariah meliputi Bank Syariah Indonesia, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Mega Syariah, dan Unit Usaha Syariah PT Bank Cimb Niaga. Lalu juga Unit Usaha Syariah PT Bank Maybank Indonesia, CIMB Niaga Auto Finance, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, dan PT CIMB Niaga Auto Finance.

Nursalam yakim untuk mengejar target pertumbuhan transkasi dan bank peserta sangat bergantung pada edukasi dan literasi ekonomi syariah. “Masih banyak orang tang tidak tahu makanya kami terus lalukan sosialisasi membuat perbankan tahu dan masyarakat juga tahu sehingha perkembangan ekonomi syariah juga semakin tinggi,” ungkap Nursalam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement