REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pasar e-commerce di Uni Emirat Arab (UEA) telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dengan konsumen menghabiskan miliaran dirham setiap tahunnya.
Menurut survei terbaru dari YouGov, hampir 50 persen penduduk UEA memilih berbelanja melalui aplikasi platform e-commerce. Hal itu mulai mencerminkan pendekatan mobile-centric dalam kebiasaan berbelanja.
"Hampir 40 persen peserta survei memilih untuk menggunakan toko online media sosial, sementara 36 persen lebih menyukai browser web di ponsel pintar," kata perusahaan riset pasar tersebut dalam surveinya yang bertajuk, "Swipe Right for Shopping" dikutip dari Zawya, Sabtu (2/9/2023).
Dari survei tersebut, hanya 31 persen yang memilih menggunakan aplikasi belanja milik merek ritel. Sekitar 27 persen penduduk UEA memasang lebih dari lima aplikasi belanja di ponsel mereka, dengan jumlah perempuan (42 persen) melebihi laki-laki (21 persen).
Adapun untuk kategori belanja yang paling disukai adalah fesyen pakaian (57 persen), diikuti oleh bahan makanan (46 persen), barang elektronik pribadi (41 persen), perawatan kulit dan kecantikan (37 persen) dan barang elektronik rumah tangga (37 persen). Survei ini dilakukan secara online pada bulan April 2023 terhadap lebih dari 900 orang dewasa di UEA.
Menurut Tradeling, pasar elektronik B2B Timur Tengah, pasar e-commerce UEA diproyeksikan menghasilkan pendapatan 17,2 miliar dolar AS pada tahun 2027 dan diprediksi mengalami pertumbuhan year on year sebesar 8,4 persen selama empat tahun ke depan.
Lanskap e-commerce UEA telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, melalui investasi besar, akuisisi, dan kemitraan dengan perusahaan global. Meningkatnya permintaan belanja online dan peningkatan serta modernisasi sistem dan layanan pembayaran mendukung momentum pertumbuhan sektor e-commerce UEA. Hal ini ditambah dengan aliran investasi infrastruktur yang stabil.