Selasa 16 May 2023 11:48 WIB

Industri Asuransi Belum Optimal Garap Potensi Industri Halal

Belum asuransi takaful syariah yang kuat di Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Indonesia Financal Group (IFG). Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko menyampaikan pengembangan industri halal berpotensi besar dalam meningkatkan penetrasi industri asuransi dalam negeri.
Foto: ifg.id
Logo Indonesia Financal Group (IFG). Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko menyampaikan pengembangan industri halal berpotensi besar dalam meningkatkan penetrasi industri asuransi dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG), Hexana Tri Sasongko, menyampaikan pengembangan industri halal berpotensi besar dalam meningkatkan penetrasi industri asuransi dalam negeri.

Hexana mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia berpeluang meningkatkan produk domestik bruto (PDB) dari sektor industri halal sekitar 5,1 miliar dolar AS atau Rp 72,9 triliun.

Baca Juga

"Namun, nilai tambah pada industri halal belum tersambung ke industri asuransi," ujar Hexana dalam konferensi nasional IFG 2023 bertajuk "Menuju Masa Depan Berkelanjutan: Mengeksplor 'Untapped Potentials' di Sektor Keuangan" di Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Hexana menilai akselerasi industri halal dan perbankan syariah belum berdampak kepada industri asuransi, karena belum terbentuknya segmen asuransi takaful syariah yang kuat. Hal itu membuat peningkatan industri halal dan perbankan syariah belum berkorelasi terhadap pembentukan segmen pasar baru di asuransi takaful.

Menurut Hexana, hal tersebut harus menjadi pelajaran bagi industri asuransi dalam melakukan terobosan agar bisa sejalan dengan pengembangan industri halal. Hexana mengatakan, kepercayaan konsumen menjadi salah satu faktor yang terus ditingkatkan dengan pengelolaan asuransi yang lebih prudent agar tidak terjebak alokasi investasi pada kelas aset yang menjanjikan imbal hasil tinggi, tapi memiliki tingkat risiko dan fluktuasi pasar yang sangat besar.

"Aspek teknologi juga penting diharapkan berperan turunkan biaya operasional dan distribusi. AI (kecerdasan buatan) akan membantu perusahaan meningkatkan kinerja underwriting dan efisiensi proses kerja, yang menyajikan informasi dan prediksi risiko lebih baik untuk mencegah kerugian yang lebih besar," ucap Hexana.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement