REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN telah membuka pembicaraan dengan investor potensial untuk menggantikan posisi BNI dan BRI. Terlebih, mereka datang dari perbankan global sehingga BSI dapat naik menjadi bank berkelas dunia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, wacana tersebut sangat baik untuk keberlanjutan BSI. Namun, Hery mengaku belum mengetahui secara pasti teknis dan siapa investor yang akan menggantikan BNI dan BRI.
"Itu kan wacana , belum lihat siapa yang berpotensi (investor), dampaknya tentu lebih bagus, kan soalnya dicari investor yang punya kelebihan ya," ujar Hery saat ditemui dalam dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 (GIFS) yang digelar oleh BSI, Kamis (16/2/2023).
Diketahui, dengan dilepasnya saham BNI dan BRI merupakan salah satu strategi untuk mendorong pangsa pasar BSI di global. BSI sendiri menargetkan menjadi Top 10 Bank Syariah Global di tahun 2025 mendatang.
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Kementerian BUMN j telah melakukan pembicaraan dengan beberapa investor. Ia berharap agar investor baru di BSI nanti adalah global banking agar BSI bisa terus naik kelas menjadi bank kelas dunia.
Sejak right issue, porsi pemegang saham BSI tetap dengan Bank Mandiri sebagai pemegang saham terbesar. Sedangkan porsi saham BNI dan BRI terdelusi.
BSI membukukan kinerja yang impresif sepanjang 2022 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 4,26 triliun, tumbuh 40,68 persen secara tahunan (yoy). Pencapaian ini merupakan laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia.