REPUBLIKA.CO.ID, Salam Motivasi Keuangan Kang Hari. Bagaimana cara investasi yang baik serta cara checkup kelayakan sebuah investasi, terutama di bisnis rill?
Terima kasih
Wulan
Yogyakarta
Jawaban WF 19
Salam Motivasi Keuangan Mbak Wulan :-)
Investasi adalah menyisihkan sebagian penghasilan untuk masa depan dan BERTUMBUH. Tanpa adanya estimasi pertumbuhan, hal tersebut bukan disebut investasi, lebih tepat disebut menyimpan atau menabung.
Pada prinsipnya, investasi bisa kita bagi dalam dua cara :
1. Investasi cara langsung
Investasi yang dilakukan tanpa melalui broker atau perantaraan orang lain. Contohnya menjalankan bisnis sendiri, menempatkan modal di bisnis keluarga secara langsung dan lain-lain.
Positifnya investasi cara ini, Anda langsung bisa mengontrol aktivitas harian, pekanan, bulanan masalah keuangan uang yang Anda investasikan. Kendali atau otoritas penuh ada ditangan Anda sebagai investor.
Sisi kurangnya adalah Anda harus punya waktu, pikiran dan keahlian untuk dicurahkan pada bisnis atau usaha tersebut.
2. Investasi cara tidak langsung
Investasi yang dilakukan melalui jasa perantara atau broker. Contohnya membeli produk-produk rekdasana yang dikelola oleh MI (Manajer Investasi) melalui perusahaan aset manajemen.
Positifnya, dana yang Anda investasikan akan dijalankan oleh para profesional yang berpengalaman di bidangnya secara lebiih efisien dan terdiversifikasi.
Sisi kurangnya, Anda sebagai investor tidak sepenuhnya bisa mengontrol dana Anda.
Lantas apa saja yang menjadi prasyarat, sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Prasyarat keuangan alias buffer atau penyanggah finansial
Dalam piramida perencanaan keuangan, paling dasar adalah Anda harus punya, minimal dana tunai di tangan atau di tabungan dan dana darurat.
Ketika punya dana ‘dingin’ barulah Anda bisa berinvestasi secara tenang.
Rumusan sederhananya : ”Jangan mengandalkan sumber finansial yang tidak pasti untuk kebutuhan yang pasti dan jangan mengandalkan sumber finansial yang tidak rutin untuk kebutuhan rutin.”
Artinya sumber rutin (misalnya dari gaji) hanya untuk kebutuhan yang rutin, sumber yang pasti untuk kebutuhan yang pasti juga.
Karena banyak orang memaksa investasi, padahal fondasi keuangannya belum siap.
2. Prasyarat pengetahuan (knowledge)
Ada ungkapan 'Knowledge is power and look before you leap' (ilmu pengetahuan adalah kekuatan dan lihat terlebih dahulu sebelum Anda melangkah).
Dalam berinvestasi, dasar dari investasi adalah mengetahui potensi hasil, resiko, rentang waktu dan likuiditas sebuah investasi.
3. Prasyarat mental (profil resiko)
Mental ini terkait seberapa besar, resiko yang Anda sanggup pikul. Secara umum ada konservatif (pada umumnya orang berinvestasi), lawannya agresif (berani sekali untuk berinvestasi). Di tengah-tengahnya ada yang berprofil atau bertipe moderat. Tinggal Anda termasuk kategori mana serta menyesuaikan dengan jangka waktu investasinya.
Jangan Anda melakukan tindakan jangka pendek untuk sebuah keputusan jangka panjang.
Inti dari mental Anda adalah kapan menempatkan sisi emosi atau rasa (ketika menikmati hasil investasi) dan kapan harus menggunakan sisi rasional yang matang (mengamati proses investasi seperti fluktuasi).
Lantas checkup seperti apa standar kelayakan sebuah investasi bisnis?
Ada enam variabel yang bisa dan harus Anda lakukan sebagai bentuk verifikasi sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi di sebuah bisnis.
1. Cek underlying (mendasari) asetnya
Underlying adalah hal yang mendasari sebuah bisnis bisa tetap berjalan. Jika bisnis properti, tentulah ada tanah atau bangunannya. Jika bisnis peternakan tentulah ada kandang, tanah dan lain-lain.
Ketika Anda ingin berinvestasi secara langsung, pastikan komponen mulai dari fondasi, pilar dan atap sebuah BANGUNAN bisnis, ADA.
Jika ingin berinvestasi dalam perdagangan emas, tentulah Anda harus memegang emas fisiknya. Kecuali dalam trading emas seperti pada komoditas berjangka yang underlying asetnya mengacu pada deposit perusahaan itu di Bapebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).
2. Cek resiko (high risk high profit)
Resiko terbagi dua, Pertama Resiko Sistematis seperti kenaikan pajak investasi oleh pemerintah (misal dari 10-30 persen menjadi 53-70 persen).
Yang Kedua Resiko yang Tidak Sistematis seperti menurunnya laba perusahaan karena menurunnya daya beli masyarakat.
Untuk mengantisipasinya dengan diversifikasi (meletakkan dana atau investasi Anda di beberapa tempat yang berbeda. 'Don’t put all your eggs in one basket').
Diversifikasi ini meliputi :
a. Aset (saham, properti, komoditas, intelektual properti, bisnis riil, franchise dan sebagainya).
b. Geografis (penyebaran di beberapa daerah seperti Jakarta, Jogja, Banjarmasin, Hongkong dan lain-lain).
c. Waktu (pendek, menengah dan panjang).
3. Test case rentang waktu investasi.
Tes dan ukur, bisa lewat rekanan yang dipercaya atau Anda sendiri yang langsung mengetes dan mengukurnya.
a. Kapan hasil investasi sudah bisa dinikmati.
b. Apa pengaruhnya terhadap resiko investasi bagi investor.
Semakin lama waktu investasi, maka resiko investasi yang dihadapi semakin rendah.
3. Cek tujuannya apa (potensi hasil investasi)
Buat tabel macam-macam imbal hasil investasi beserta tujuan Anda berinvestasi, lalu bandingkan imbal hasil (return)-nya, apakah sesuai dengan rencana tujuan keuangan Anda atau investasi yang Anda inginkan.
4. Likuiditas investasi
Semakin mudah investor mencairkan dananya, semakin likuid sebuah instrumen investasi.
5. Inside atau outside plan-nya
Intinya, kapan Anda harus berinvestasi dan kapan harus keluar (jalan keluarnya) alias exit strategy-nya.
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected] SMS 0815 1999 4916.