Kamis 06 Mar 2025 07:01 WIB

BSI Siap Jadi Bank Emas, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Peluang pengembangan pasar emas di Indonesia juga sangat besar.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama BSI Hery Gunardi (kiri) didampingi Direktur Sales dan Distribution Anton Sukarna (kedua kiri) mencoba ATM Emas saat meninjau kesiapan Bank Emas BSI di Gedung BSI, Jakarta, Rabu (5/3/2025). BSI memperkuat komitmen untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia.
Foto: Dok Republika
Direktur Utama BSI Hery Gunardi (kiri) didampingi Direktur Sales dan Distribution Anton Sukarna (kedua kiri) mencoba ATM Emas saat meninjau kesiapan Bank Emas BSI di Gedung BSI, Jakarta, Rabu (5/3/2025). BSI memperkuat komitmen untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus memperkuat komitmennya dalam pengembangan ekonomi syariah sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. Setelah ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas pertama di Indonesia pada 26 Februari lalu, BSI kini semakin fokus pada optimalisasi layanan emasnya.  

Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menegaskan bahwa emas menjadi salah satu komoditas utama yang dikembangkan perseroan sebagai game changer di industri perbankan syariah.  

Baca Juga

“Hal tersebut didasari potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat. Diresmikannya BSI sebagai salah satu entitas yang menjalankan bisnis bank emas berpotensi memberikan manfaat untuk masyarakat, industri, dan pertumbuhan perekonomian nasional melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah,” ujarnya dalam acara buka bersama BSI dengan jurnalis media nasional di kantor pusat BSI, The Tower Jakarta, Rabu (5/3/2025).  

Peluang pengembangan pasar emas di Indonesia juga sangat besar, mengingat permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, yakni 0,16 gram per orang. Sementara itu, kajian McKinsey menunjukkan bahwa emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, mencakup seluruh rantai pasok dari sektor hulu hingga hilir.  

Di sisi lain, jumlah emas batangan yang dapat dimonetisasi diproyeksikan sebesar 321 ton. Angka ini berpotensi terus meningkat, mengingat Indonesia memiliki cadangan emas terbesar keenam di dunia dengan jumlah 2.600 ton. Selain itu, Indonesia termasuk dalam daftar 10 negara penghasil emas terbesar di dunia dengan produksi sekitar 100 ton emas pada 2020.  

Menurut Anton, bisnis bank emas memungkinkan BSI menangkap nilai ekonomi dari seluruh rantai pasok emas, memonetisasi aset emas yang kurang produktif, dan menawarkan alternatif investasi syariah yang lebih mudah diakses oleh masyarakat.  

Langkah ini sejalan dengan misi BSI untuk menjadi lokomotif ekonomi syariah nasional dan mendukung visi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yang diproyeksikan mencapai 8 persen pada 2029.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement