REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, khususnya yang terkait dengan keuangan syariah. Hal ini sejalan dengan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengerek indeks literasi dan inklusi keuangan syariah penduduk Indonesia yang masih rendah.
Head of HC Strategy & Development PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Anton Hendrianto mengatakan, tantangan inklusi keuangan syariah saat ini cukup kompleks. Terutama dalam hal penetrasi dan literasi.
Bila mengutip data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK 2023) yang dikeluarkan oleh OJK dan BPS, tingkat literasi syariah dari tahun 2022 ke tahun 2023 mengalami peningkatan yang signifikan dari 30 persen menjadi 39 persen Namun jika dibandingkan dengan nilai literasi keuangan konvensional di tahun 2023 yang mencapai 65,4 persen.
“Artinya literasi keuangan syariah masih tertinggal. Banyak masyarakat yang belum memahami konsep dasar keuangan syariah, terutama prinsip-prinsip non-riba, bagi hasil, dan larangan investasi di sektor-sektor tertentu,” ujarnya kepada Republika, Rabu (2/10/2024).
Hal ini menyebabkan kepercayaan dan minat terhadap produk keuangan syariah masih rendah di beberapa segmen masyarakat. Tantangan kedua adalah akses yang terbatas, bahkan beberapa daerah, terutama di wilayah pedesaan, akses terhadap lembaga keuangan syariah masih terbatas.
“Dan jaringan perbankan konvensional lebih luas dan lebih mudah diakses dibandingkan perbankan syariah,” ungkapnya.
Selanjutnya adalah perihal kebijakan dan regulasi, kareba meski pemerintah telah mendukung pengembangan keuangan syariah, beberapa regulasi masih dianggap kurang fleksibel dan belum sepenuhnya memfasilitasi perkembangan industri syariah. Ada juga persepsi bahwa birokrasi untuk mengakses produk syariah lebih kompleks dibandingkan produk konvensional.
Oleh karenanya, Bank Muamalat melakukan sejumlah terobosan untuk menjawab tantangan tersebut dengan mendorong Gerakan Literasi Syariah (GEULIS) yang menjadi sarana dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Dalam menjalankan program ini, Bank Muamalat didukung oleh seluruh pemangku kepentingan dari unsur pemerintahan, akademisi, organisasi nirlaba dan ikatan/perkumpulan yang peduli dengan Industri Keuangan Syariah atau Industri Halal.
“Seluruh upaya tersebut diakselerasi melalui ruang digital dan multimedia sebagai sarana untuk memudahkan penetrasi dan komunikasi kepada seluruh masyarakat yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia,” ujarnya.
“Bank Muamalat juga hadir pada ruang diskusi, kajian akademik dan aktif pada himpunan-himpunan penggiat syariah untuk dapat memberikan masukan kepada unsur-unsur pembuat kebijakan terkait ekonomi syariah,” tambahnya.