Sabtu 22 Apr 2023 17:38 WIB

Wisata Batik yang Luput dari Pemudik di Jalur Pantura

"Kami ingin batik itu bisa dipakai sampai go international,"

Ratusan pelajar dan komunitas menjadi peserta Mask Painting Festival 2018 yang diselenggarakan BT Batik  Trusmi, Kabupaten Cirebon, Senin (1/10). Acara itu diadakan untuk menyambut Hari Batik Nasional.
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Ratusan pelajar dan komunitas menjadi peserta Mask Painting Festival 2018 yang diselenggarakan BT Batik Trusmi, Kabupaten Cirebon, Senin (1/10). Acara itu diadakan untuk menyambut Hari Batik Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Mudik melewati Jalur Pantura yang rutenya amat panjang dan cukup menantang, membuat setiap pemudik lelah dan bosan.

Alih-alih mampir sebentar untuk berwisata, banyak orang memilih untuk melanjutkan perjalanan agar cepat sampai ke tempat tujuan. Hal-hal yang sedikit bisa menghibur diri adalah dengan meminum es kelapa dan menyantap seporsi mi instan atau mungkin tidur sambil menepikan kendaraan di pinggir jalan.

Baca Juga

Sebenarnya pemudik bisa saja berhenti sebentar untuk berwisata di tepi Jalur Pantura. Ada satu tempat menarik bernama Kawasan Wisata Batik Trusmi, yang terletak di Jl. Syekh Datul Kahfi No.148, Weru Lor, Plered, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Bila tempat wisata biasanya hanya menonjolkan satu atau dua hal unik di dalamnya, Kawasan Wisata Batik Trusmi yang bisa dikunjungi dari pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB ini, justru membuat pengunjungnya kewalahan akan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Rasa stres akibat panasnya jalanan, bisa terbayarkan dengan berpetualang di tempat itu.

Dari awal saja, para pengunjung akan disambut oleh sebuah gapura berwarna cokelat yang amat megah dan toko batik berjejer rapat di kedua sisi jalan.

Begitu memarkirkan kendaraan, wisata pertama yang ditawarkan adalah berbelanja batik. Batik Trusmi menyediakan banyak sekali model pakaian atau kain batik aneka warna dan motif yang pastinya cocok jadi oleh-oleh yang sangat berguna bagi keluarga.

Kisaran harganya pun tidak mahal, baju batik yang dijual dimulai dari kisaran harga Rp 35 ribu. Sementara untuk kain batiknya dijual pada kisaran Rp 60 ribu. Itu baru dari harganya, pilihan kainnya pun tersedia dari sarimbit, dobi, mega mendung, seragaman, hingga viscose.

Beberapa model baju yang dijahit di sana, bahkan sengaja dibuat supaya bisa dipakai serempak bersama keluarga atau pasangan. Jenis produk inilah yang dijadikan andalan, hingga berhasil menjadi produk paling digemari oleh para pembeli.

PR Batik Trusmi Asri Lisyana Zennita menimpali, meski harga yang ditetapkan murah, tiap kain yang digunakan untuk membuat pakaian dipersiapkan dengan bahan premium dengan motif yang tidak pasaran.

Hal ini dibenarkan oleh pemudik Abdul Azis, yang mengatakan tertarik datang kemari karena rekomendasi dari teman-temanya. Batik Trusmi menjadi salah satu objek kunjungan yang harus dikunjungi pemudik karena kekhasan batiknya yang berbeda dari daerah lain.

Kekhasan itu datang dari motif batik mega mendung, satu-satunya motif yang mengandung perpaduan budaya dan menjadi ciri khas batik Cirebon karena dipesan langsung Sunan Gunung Jati untuk mendapatkan hati Putri Ong Tien, seorang putri asal Negeri Panda kala itu.

Makanya, berbagai inovasi terus dilakukan, seperti dipadupadankan dengan kain jeans yang ditempelkan pada baju, celana, outer sampai tas jinjing, agar desain modelnya jauh lebih trendy.

Batik Trusmi juga menyediakan pilihan batik dari luar Kota Cirebon. Tujuannya supaya masyarakat memiliki lebih banyak pilihan tanpa perlu jauh-jauh mendatangi tempat aslinya.

"Kami ingin batik itu bisa dipakai sampai go international. Jadi batik harus dikenal bukan cuma untuk pergi kondangan saja. Harusnya batik bisa juga dipakai untuk nongkrong ngopi, jadi membuat batik terlihat modern tanpa menghilangkan budayanya," ucap Zee.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement