“Jangan membeli saham perusahaan yang valuasinya mahal. Sudah mahal, rugi pula.”
Begitu bunyi pesan Lo Kheng Hong, investor saham kawakan yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia.
Ya, bila kamu tertarik terjun berinvestasi saham, jangan gampang tergiur pompom saham dari artis atau public figure. Kamu mesti mengenal dan menganalisa saham yang ingin dibeli.
Minimal tahu dasarnya terlebih dahulu, seperti bisnis perusahaan, kondisi keuangan, kinerja perusahaan dan industrinya, hingga menghitung valuasi sahamnya.
Baca Juga: Terbesar di RI, Ini 8 Fakta Bank Syariah Indonesia yang Bikin Bangga
Cara Mengetahui Saham Murah atau Mahal
Cara melihat saham mahal atau murah dapat menggunakan metode PER
Gak usah pusing dulu mendengar kata valuasi saham. Valuasi saham adalah penilaian atas harga wajar saham.
Dalam menghitung valuasi saham untuk mendapatkan harga wajar atas sebuah saham, dapat menggunakan satu metode sederhana dan paling mudah.
Metode perhitungan ini dijabarkan Praktisi sekaligus Inpirator Investasi, Ryan Filbert dalam akun youtube, RF Channel. Dengan metode tersebut, kamu bisa mengetahui apakah sebuah harga saham mahal, murah, atau malah murahan.
Dalam analisis valuasi saham, hanya menggunakan rasio PER (Price-to- Earning Ratio).
Rumusnya:PER = Harga Saham (Price) : Laba Bersih per Lembar Saham (Earning per Share/EPS) |
· Semakin kecil atau rendah PER, harga sahamnya semakin murah. Diperlukan waktu lebih cepat bagi investor untuk balik modal
· Semakin tinggi atau besar PER, makin mahal harganya. Diperlukan waktu lebih panjang bagi investor untuk balik modal
· Rasio PER yang kecil, menunjukkan harga saham yang murah, dan berpotensi terjadi kenaikan harga saham ke depan
· Rasio PER yang besar, menunjukkan harga saham mahal, dan sulit naik lagi di masa yang akan datang. Peluangnya justru turun
|
Baca Juga: Ketahui Pajak Pulsa, Token Listrik, dan Voucer yang Sesungguhnya Biar Gak Salah Paham
Contoh menganalisis harga saham murah atau mahal:
Perusahaan A
- Price = Rp 1.000
- EPS per tahun = Rp 100
- PER = Rp 1.000 : Rp 100 = Rp 10.
Jika harga saham (price) tidak berubah, dan tetap menghasilkan laba per saham Rp 100 setiap tahun, maka break even point atau BEP-nya dalam waktu 10 tahun
Perusahaan B
- Price = Rp 500
- EPS per tahun = Rp 100
- PER = Rp 500 : Rp 100 = Rp 5.
Jika harga saham (price) tidak berubah, dan tetap menghasilkan laba per saham Rp 100 setiap tahun, maka balik modal dalam waktu 5 tahun.
Kesimpulannya: Saham perusahaan B yang memiliki valuasi saham murah dan layak dibeli.
Contoh lain:
- Bagaimana jika sebuah perusahaan memiliki PER di kuartal 1 kecil, lalu semakin kecil di kuartal 2, dan makin rendah lagi di kuartal 3? Apakah layak dibeli?
- Bisa jadi harga sahamnya malah jadi saham murahan
- Apakah saham yang semakin mahal sudah pasti bagus? Atau sedang dikondisikan naik alias digoreng?
Semakin kecil PER, semakin murah harga saham
Bila kamu dihadapkan pada kondisi perusahaan yang mencetak PER berikut ini:
EPS
|
Price
|
PER
|
100,00
|
1.000,00
|
10,00
|
80,00
|
1.000,00
|
12,50
|
80,00
|
800,00
|
10,00
|
120,00
|
1.000,00
|
8,33
|
100,00
|
1.200,00
|
12,00
|
100,00
|
800,00
|
8,00
|
Baca Juga: Mau Investasi Cuan di 2021? Buruan Serok Saham Pilihan Ini
Kamu harus mempertimbangkan hal ini:
- EPS atau laba per share-nya naik
- EPS stabil, tetapi harga sahamnya turun. Ini yang disebut saham terdiskon
- PER kecil akan mengkhawatirkan apabila EPS turun dan price Itu berarti karena turun akibat kinerjanya. Jadi, price turun akibat EPS gak bisa perform.
Jadi, selalu perhatikan hal di atas untuk menganalisis valuasi saham dengan menggunakan rasio PER. Jangan asal pilih PER kecil saja.
Selain itu, pastikan pula saham tersebut likuid atau tidak. Kalau pergerakan harga sahamnya tidak wajar, cepat naik dan turun dalam waktu singkat, itu adalah ciri saham yang tidak likuid.
Dan tak kalah penting, membandingkan saham satu dengan lainnya di industri atau sektor yang sama. Bila satu industri sedang diterpa badai, maka kinerja saham perusahaan di industri tersebut pasti melemah.
Kamu tinggal cari saham perusahaan mana yang paling kuat bertahan. Inilah mengapa pentingnya melakukan analisis fundamental sebelum membeli saham.
Kalau Mau Belajar, Pasti Bisa Investasi Saham
Kunci dari kesuksesan dalam hidup salah satunya adalah memiliki kemauan untuk belajar. Pun dengan investasi saham.
Akan terasa sulit bagi orang-orang yang tidak mau belajar. Bisanya cuma latah, ikut-ikutan orang mengoleksi saham apa. Akhirnya merugi akibat perilaku FOMO (Fear of Missing Out).
Tetapi buat mereka yang mau belajar, analisis fundamental maupun teknikal, dijamin investasi saham jadi lebih menyenangkan. Kamu bisa tahu cara mengelola risikonya dengan tepat, sehingga mencetak banyak cuan.
Baca Juga: Cara Beli Saham IPO Lewat e-IPO, Tinggal Klik Langsung Investasi