Selasa 01 Jul 2014 14:03 WIB

Lupa Niat Puasa

Warga menunggu berbuka puasa saat berbuka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Warga menunggu berbuka puasa saat berbuka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Diasuh oleh Asrorun Ni'am Sholeh

Sekretaris Komisi Fatwa MUI

Assalamualaikum wr wb.

Saya pernah mendengar ustaz di kampung mengatakan, salah satu syarat sahnya puasa adalah niat. Bagaimana hukumnya jika kita langsung berpuasa keesokan hari tanpa niat pada malam harinya? Apakah puasa kita sah atau tidak?

TB-di Medan

Wassalamualaikumussalam wr wb.

Ibadah puasa termasuk kategori ibadah mahdah yang pelaksanaannya sangat tergantung dengan niatnya. Para Ulama sepakat, niat dalam puasa Ramadhan merupakan suatu keharusan yang menjadi faktor pembeda antara ibadah dan aktivitas biasa.

Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan sahabat Umar bin Khattab dijelaskan, “Setiap perbuatan itu hanya dinilai berdasarkan niatnya. Dan, seseorang itu hanya akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya.”

Waktu pelaksanaan niatnya, yakni pada malam hari sebelum masuk waktu dimulainya puasa. Hadis yang diriwayatkan Imam Turmudzi dan Imam Abi Dawud  menyatakan, “Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar maka tidak sah puasanya.”

Hadis lain yang diriwayatkan Imam Ibn Majah artinya “Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat di waktu malam”. Dari hadis di atas, para ahli fikih berpandangan, puasa Ramadhan yang dilaksanakan tanpa didahului niat pada malam harinya, hukumnya tidak sah.

Demikian juga, puasa wajib lainnya, semisal qadha Ramadhan atau puasa nazar. Jika puasa yang dilakukannya merupakan puasa sunah maka waktu niatnya boleh dilakukan setelah fajar sepanjang belum makan dan/atau minum.

Tapi, terjadi perbedaan pendapat terkait kedudukan niat, apakah rukun atau syarat. Mazhab Syafi’i menegaskan, niat merupakan salah satu dari rukun puasa. Melaksanakan puasa dengan menahan diri dari yang membatalkan puasa pada waktu yang ditentukan, sedangkan ia tidak niat untuk ibadah puasa,  puasanya tidak sah.

Seandainya ada seseorang yang pada malam harinya sudah sahur, kemudian tertidur hingga masuk waktu fajar, aktivitas sahurnya tersebut secara implisit sudah menunjukkan adanya niat untuk berpuasa.

Jadi, niat puasa itu tidak harus dengan pelafalan yang dinyatakan secara verbal menggunakan bacaan niat. Karena hakikat niat adalah kehendak hati secara sadar melaksanakan suatu perbuatan. Sedangkan, bacaan niat salah satu fungsinya, yakni untuk membimbing dan memandu hati.

Untuk kehati-hatian, sebaiknya pada saat malam pertama bulan Ramadhan, kita berniat untuk melaksanakan puasa ramadhan satu bulan penuh sebagai pelaksanaan ibadah karena Allah SWT sebagai antisipasi jika pada suatu malam kita terlupa melaksanakan niat puasa.

Mengingat kewajiban puasa Ramadhan satu bulan penuh. Pendapat ini termaktub dalam kitab Subulus Salam yang menulis pendapat yang disandarkan kepada Imam Ahmad. Bila seseorang berniat puasa Ramadhan satu bulan penuh pada awal, sudah dianggap cukup.

Lalu, setiap malam sebelum memulai puasa, kita perlu melakukan niat kembali. Dalam hal lupa atau karena tertidur hingga masuk waktu mulai pelaksanaan puasa, niatnya sudah dicakup pada niat yang global pada awal bulan ramadhan tadi. Wallahu a’lam bish shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement