Jumat 04 Apr 2014 09:53 WIB

7 Kesalahan Dalam Berinvestasi

Penipuan investasi/ilustrasi
Foto: fraud.laws.com
Penipuan investasi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kak Hari yang baik, apa saja hal-hal yang perlu kita ketahui sebelum berinvestasi, artinya kesalahan-kesalahan apa saja yang wajib saya perhatikan ketika ingin berinvestasi?

Sekian dan terima kasih atas jawabannya.

Batam

Disclaimer:

Tulisan ini hanya berupa contoh saja dan tidak merupakan rekomendasi atau ajakan untuk berinvestasi untuk semua orang. Setiap orang mempunyai profil risiko yang berbeda-beda, lakukan investasi sesuai dengan profil risiko, tujuan, dan jangka waktu keuangan Anda.

Berinvestasi di pasar modal maupun produk investasi lainnya mempunyai risiko, baik risiko penurunan dana investasi maupun kehilangan dana investasi Anda. Hasil investasi yang lampau tidak tetap dan bukan merupakan jaminan untuk mencapai investasi di masa yang akan datang. Calon investor diharapkan mempelajari produk keuangan dan investasi dengan seksama sebelum melakukan investasi.

Jawaban WF 19

Mas Beni yang baik :-)

Seperti yang sering saya katakan dalam beberapa jawaban tentang investasi, Investasi adalah menyisihkan sebagian penghasilan Anda untuk masa depan dan BERTUMBUH.  Atau tindakan yang Anda lakukan dengan aset Anda untuk mendapatkan imbal hasil (return) keuangan dimasa depan.

Jika tidak ada pertumbuhan, berarti bukan kita sebut investasi, tetapi sekedar menyimpan atau menabung.

Kenapa harus bertumbuh?

Karena ada ‘virus’ yang terus menggerogoti mata uang kertas kita yang bernama inflasi. Jika rata-rata inflasi 10 persen per tahun, maka dengan berinvestasi kita berharap imbal hasilnya di atas 10 persen.

Berikut saya paparkan ada 7 (tujuh) kesalahan paling mendasar yang paling sering dilakukan oleh calon investor sebelum berinvestasi: 

1.    Tidak tahu tujuan investasi

Dalam tangga motivasi berinvestasi ada 4 tangga ketika orang mau berinvestasi, yakni karena ikut-ikutan (latah), biasanya terjadi ketika ada berita yang menggemparkan.  Misalnya dikalangan pedagang emas, ketika ada berita Logam Mulia (LM) Antam akan diprediksi menjadi Rp 1 juta/gram dari harga Rp 400 ribu, banyak yang membeli emas hingga berkilo-kilo, padahal kebutuhan akan emasnya hanya 1 kilo misalnya. Jika pedagang emas saja banyak yang ‘termakan’ info tersebut, bagaimana dengan calon investor pemula, jika panik karena ikut-ikutan?

Apalagi jika berinvestasi di pasar modal tanpa punya keahlian tertentu!

Di sinilah perlunya  bereaksi secara tepat terhadap info tersebut.

Yang kedua kerena takut, misalnya takut akan hari tua yang suram. Yang ketiga karena kebanggaan, misalnya ingin disebut orang yang memiliki harta dan gaul. Atau yang keempat, karena cinta, misalnya ingin membahagiakan anak dan orang tua Anda.

Tinggal Mas Beni pilih, memiliki keinginan berinvestasi karena dorongan LATAH, TAKUT, BANGGA atau CINTA yang memotivasi Anda dalam berinvestasi.

Berikut ini ada langkah-langkah ketika Anda ingin menetapkan sebuah tujuan investasi :

a.    Specific

Suatu tujuan investasi sebaiknya dibuat secara tertulis disertai gambar-gambar kuantitatifnya.  Jika Anda ingin memiliki mobil buat keluarga, misal Toyota Innova maka yang harusnya Anda lakukan adalah mencari tahu informasi seputar mobil tersebut.  Anda bisa mendatangi Dealer Mobil Toyota Innova, melakukan Test Drive jika diperkenankan, bertanya secara detail tentang spesifikasinya.  Minta brosurnya dengan tipe, warna, tahun Pembuatan, harga dan lain-lain yang kesemuanya itu bisa Anda dapatkan secara gratis.

Dengan langsung merasakan, menempel gambar-gambar tersebut di buku impian (dream book), dinding meja kerja atau rumah Anda, Insya Allah akan lebih terpatri di relung sanubari Anda ketimbang hanya di pikiran.  Karena manusia itu lebih banyak Seeing is believing (melihat dulu baru percaya), ini dibuktikan dengan survei bahwasanya manusia visual memiliki kecenderungan 55 persen lebih banyak ketimbang auditori maupun kinestetik.  Ketimbang believing is seeing (percaya dahulu baru lihat).

Makanya sesuatu yang di ulang-ulang (affirmation), lebih terekam dalam alam bawah sadar kita, ketimbang sesuatu yang hanya di pikiran sesaat tanpa melakukan action.    

b.    Measurable

Keterukuran dalam membuat tujuan investasi. Masih dalam konteks mobil Toyota Innova tadi, ketika Anda sudah mengetahui harganya, maka yang harus Anda tanyakan pada diri Anda, apakah ketika Anda ingin memiliki mobil tersebut, benar-benar sesuai dengan kebutuhan Anda?

Baik buat keluarga ataupun bisa menunjang pekerjaan Anda sehari-hari.

Jangan sampai, ketika nantinya Anda memiliki mobil tersebut, malah menambah beban biaya hidup Anda dan keluarga.

c.    Achievable

Yang juga tidak kalah pentingnya, apakah Anda ingin membeli mobil tersebut dengan cara tunai atau kredit.

Jika kredit, apakah kredit mobil tersebut masih bisa Anda cicil?

Rumusnya adalah tidak boleh melebihi 30 persen dari penghasilan Anda. Agar nantinya mobil tersebut benar-benar bisa bermanfaat bagi Anda.

Banyak yang memaksakan dirinya untuk mencicil melebihi batas maksimal penghasilan.  Akibatnya bisa ditebak, kredit macet yang terjadi.

Kecuali jika Anda membelinya secara tunai.

d.    Realistic

Anda boleh memiliki harapan setinggi bintang di angkasa, tetapi kaki harus tetap menginjak bumi, ini maknanya apa pun yang Anda inginkan, harus sesuai dengan kebutuhan Anda aslinya.

Harapan itu perlu, tetapi realistis juga dibutuhkan ketika ingin mengambil sebuah keputusan.

Dan memiliki mobil bukan sebuah hal yang tidak realistis apalagi di zaman ini, dengan semakin membanjirnya pilihan di bidang automotif.

e.    Timeable

Ada jangka waktu yang Anda harus alokasikan, misalnya ‘Saya ingin mendapatkan mobil tersebut selama 3 tahun atau 36 bulan

Jangka waktu ini diperlukan, agar dalam melaksanakan rencana-rencana dan tujuan-tujuan investasi Anda mencapai tujuan keuangan pribadi dan keluarga menjadi semakin nyata dan bisa dijalankan (work-it).

2.    Punya Harapan yang tidak realistis

Banyak yang ingin berinvestasi, tetapi tidak mau ada resiko.  Ini adalah hal yang mustahil, seperti menghilangkan malam terhadap siang.  Resiko dan pertumbuhan ibarat dua sisi mata uang, saling melengkapi.

Yang terpenting adalah bagaimana mengelola resiko (risk management), agar lebih banyak PERTUMBUHAN ketimbang resiko alias rugi.

Hal ini perlu dilakukan dengan TES & UKUR.

3.    Tidak memikirkan aspek jangka panjang

Banyak dari calon investor pemula, hanya ingin mendapatkan keuntungan jangka pendek saja, padahal time horizon suatu produk investasi sangat tergantung dari jenis investasi yang Anda lakukan dan berapa lama Anda menunggunya.

Dengan berinvestasi jika tidak mendapatkan arus kas (income) tentu kenaikan modal yang Anda investasikan.  Misalnya untuk arus kas seperti pada produk deposito dan obligasi yang memberikan imbal hasil atau bunga.

Kendatipun demikian, produk-produk deposito juga mengandung resiko, untuk deposito di atas Rp 2 miliar, tidak lagi diproteksi oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).  Artinya uang Anda bisa ‘hilang’ juga.

Apalagi obligasi atau surat utang, tidak ada jaminan kepastian pemerintah yang berkuasa pasti stabil kekuasaannya yang selalu bisa memberikan kupon/bunga.

4.    Meletakkan semua telor investasi dalam satu keranjang

Rumus klasik dalam berinvestasi Don’t put all your eggs in one basket akan tetap relevan sampai kapanpun, walau juga jangan terlalu banyak keranjangnya, nanti tidak fokus dalam berinvestasi.

Ketika Anda memasukkan semua telor investasi Anda dalam sebuah keranjang, ketika keranjangnya goyang, apakah karena faktor internal atau eksternal, maka telor investasi Anda akan pecah semua (baca : rugi).

Inilah yang dinamakan diversifikasi investasi.

5.    Terlalu percaya diri dan mengambil resiko terlalu besar

Percaya diri itu penting, tetapi juga jangan over percaya diri.  Bukankah mobil bisa berjalan ketika ada keseimbangan antara gas dan rem, artinya paham kapan harus full power (kecepatan tinggi dari kendaraan investasi Anda) dan kapan harus mengerem laju investasi Anda.

Agar resiko bisa diminimalisir, maka diversifikasi mutlak dijalankan dengan kaidah WAG’S :

a.    Waktu (pendek, menengah dan panjang)

b.    Aset (saham, properti, komoditas, intelektual properti, bisnis riil, franchise dan lainnya) 

c.    Geografis (penyebaran di beberapa daerah seperti Jakarta, Jogja, Banjarmasin, Hongkong dll)

d.    Sebarkan 1/3 hasil investasi Anda pada orang yang membutuhkan.  Karena dalam harta Anda, juga ada hak orang lain, misalnya fakir miskin.

Antisipasi dalam berinvestasi bisa juga dengan Dolar atau Gold Cost Averaging.

Saat-saat dimana investasi yang tidak terlalu baik akan tertutup dengan saat-saat dimana investasi menghasilkan hasil yang terbaik.

Dolar atau Gold Cost Averaging adalah investasi dilakukan dengan cara sistematis dan teratur, maka hasil yang akan di dapat dari rata-rata seluruh hasil investasi selama rentang waktu investasi.  Kuncinya adalah DISIPLIN & TERATUR.

6.    Mentalitas kampungan

Ketika krisis keuangan di tahun 1998 terjadi di Jakarta dan hampir semua kota-kota besar di Indonesia, dibeberapa kota masih di Indonesia malah pesta pora.  Bahkan di beberapa negara juga mengalami surplus.

Artinya mentalitas seorang calon investor, jangan hanya jago kandang dan kampungan, tetapi sebagai global player.

7.    Tidak punya cukup keberanian

Cara memulai menjadi great investor dengan MULAILAH BERINVESTASI. Pelajari ilmu pengetahun tentang seluk beluk dunia investasi beserta produk-produk turunannya, Pahami resiko yang mungkin ada serta Punyai strategi mengelola resiko investasi.

Selamat menjadi Investor yang BENAR, jauh dari kesalahan-kesalahan di atas!

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra

www.p3kcheckup.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement