REPUBLIKA.CO.ID, Dok, putra saya agak susah berfokus pada konsentrasi pelajaran, sekarang dia sudah kelas 1 SD. Meski dalam suasana yang sepi, dia tetap sulit memperhatikan buku pelajaran yang dimilikinya. Sering beralih menjadi memainkan peralatan kotak pensilnya, kenapa ya dok?
Apa yang harus dilakukan?
Terima kasih. Salam.
Nurul (30 tahun)
Jawaban:
Dear Bu Nurul, pasti berbahagia Ananda karena selalu mendapatkan curahan kasih dari Bu Nurul. Berdasarkan apa yang disampaikan, maka dapat dijelaskan bahwa selama ini putra ibu mengalami gangguan konsentrasi, khususnya dalam pelajaran sekolah.
Perlu diketahui, gangguan konsentrasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- In (dari dalam) seperti motivasi yang kurang, berpikir hal lain, raga ada tapi pikiran melayang layang, dan lain-lain.
- Out (dari luar) yang terbagi lagi menjadi 2 hal yakni, problem visual - orang lewat, barang mainan yang lebih menarik anak dan sebagainya, dan auditori- suara ribut di sekitar, suara anak main.
Ada kemungkinan, Putra Bu Nurul mengalami keduanya, baik dalam gangguan In maupun Out, maka beberapa hal yang dapat saya sarankan antara lain:
- Tingkatkan motivasi anak untuk dapat belajar dengan pembelajaran yang menarik.
- Tingkatkan motivasi dengan reward bila menyelesaikan pembelajaran.
- Tingkatkan motivasi dengan goal yang jelas (cita-cita, seperti kalau mau jadi dokter harus bisa penjumlahan, pengurangan, menulis dengan rapi).
- Latih kekurangan anak, terutama hal yang berhubungan menulis, membaca bacaan, kalkulasi.
- Posisi duduk di kelas jangan dekat dengan teman yang berisik atau hiper atau dominan.
- Lakukan pengaturan posisi duduk di kelas agar tidak dekat pintu atau jendela.
- Posisi duduk di kelas sebaiknya dekat dengan sumber suara atau guru.
- Buat jadwal yang jelas (misalnya, saatnya belajar ya belajar dan tidak ada pikiran buat menonton TV dan bermain).
- Seimbangkan antara permainan motorik kasar yang akan menguras tenaga hiperaktif anak dan motorik halus.
- Berikan batasan waktu mengerjakan tugas (seperti adanya stop watch atau timer).
- Berikan konsekuensi bila memang tidak selesai (misal tidak akan pulang kalau tidak selesai tugas yang diberikan).
Dalam hal ini tentu harus dapat bekerjasama dengan guru di sekolah, sehingga guru pun harus tegas terhadap toleransi atas pekerjaan yang tidak selesai. Namun, dengan cara yang mendidik dan tidak kasar. Selain itu, dapat pula menstimulasi kemampuan berkonsentrasi dengan bantuan terapis di Pusat Tumbuh Kembang Anak untuk memperkuat kemampuan anak berkonsentrasi.
Demikian yang dapat disampaikan bu, semoga dapat dipahami dan putra Ibu menjadi insan terbaik di masa mendatang. Terima kasih, salam tumbuh kembang.
dr Tri Gunadi
Direktur Klinik Tumbuh Kembang Yamet di RS Meilia Cibubur
Kolom Dokter Kita diasuh oleh RS.Meilia Cibubur
Kirim pertanyaan Anda ke email : [email protected]