REPUBLIKA.CO.ID, Dok, anak saya seringkali terlihat sangat takut bahkan bisa sampai menangis dengan segala sesuatu yang berbentuk seperti rambutan, karpet kasar dan keset pintu. Seperti kegelian. Apa itu merupakan suatu masalah tumbuh kembang? Lalu bagaimana mengatasinya?
Terima kasih, dok.
Rifat (32 tahun)
Jawaban:
Dear Pak Rifat, terima kasih atas pertanyaan yang disampaikan. Berkaitan dengan kondisi Ananda, maka hal itu termasuk dalam kategori masalah tumbuh kembang, namanya avoider sensori tactile (raba).
Kondisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa di dalam tubuh manusia itu terdapat 7 sensori (keseimbangan, raba, rasa sendi, penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan).
Sedangkan pada tubuh kita terdapat 4 area raba yang akan berfungsi dalam keseharian (telapak kaki, telapak tangan, badan dan mulut).
Bila bermasalah dengan telapak tangan: anak takut memegang rambutan, boneka bertekstur, main Play dough, dan sebagainya.
Bila bermasalah di raba kaki: anak takut main becek becekan, menginjak rumput, karpet, dan lain-lain.
Kalau bermasalah dengan raba badan: tidak mau pakai baju kasar, tidak mau baju baru, label baju minta di lepas, atau tidak nyaman di peluk.
Kalau bermasalah di raba mulut: pilih pilih makanan, makan langsung ditelan atau diemut, makanan kasar sedikit muntah sehingga harus di blender terus atau lembut, dan sebagainya.
Cara mengatasinya tentu dilakukan dengan menjalani terapi, sebaiknya dikonsultasikan dengan pusat klinik tumbuh kembang yang mempunyai layanan Okupasi Terapi atau sensori integrasi, sehingga dilaksanakan terpadu.
Sementara itu, yang menjadi kewajiban orang tua di rumah adalah melakukan latihan stimulasi, atau dikenal dengan nama desentisisasi sensori (diet sensori), hal tersebut dijalankan dengan pelan-pelan mengenalkan tekstur tekstur tadi.
Semisal di kaki: ajak jalan pagi tanpa alas kaki keliling komplek, main lumpur di sawah, main bola di lapangan tanpa alas kaki, dan lain-lain.
Disamping itu untuk latihan tangan: main Play dough, main lempar rambutan ditangkap dengan tangan, bantu ibu membuat adonan kue, dan sebagainya.
Sedangkan untuk melatih sensor di badan: main smackdown dengan sang ayah, lembut dan tidak kasar, main menjadi mimi dengan bed cover, berguling di lapangan atau rumput, dan sebagainya.
Bentuk contoh untuk rangsang sensor di mulut: sikat gigi dengan getar listrik, makanan divariasikan, dan lain-lain.
Demikian Pak yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat. Salam tumbuh kembang
dr Tri Gunadi
Direktur Klinik Tumbuh Kembang Yamet di RS Meilia Cibubur
Kolom Dokter Kita diasuh oleh RS.Meilia Cibubur
Kirim pertanyaan Anda ke email : [email protected]