Jumat 28 Feb 2014 09:26 WIB

Dana Darurat Atau Dana Pendidikan Dulu, Ya?

Biaya pendidikan yang terus meningkat membuat orang tua bingung, antara memiliki dana darurat terlebih dahulu atau mulai mengejar dana pendidikan anak.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Biaya pendidikan yang terus meningkat membuat orang tua bingung, antara memiliki dana darurat terlebih dahulu atau mulai mengejar dana pendidikan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Salam, Saya seorang ibu rumah tangga yang mengatur keuangan keluarga. Pendapatan suami setiap bulannya Rp 6,4 juta. Jika suami saya lembur 4 kali dalam sebulan, maka kami mendapatkan tambahan penghasilan sebanyak Rp 2 juta. Setiap tahunnya suami saya mendapatkan bonus sebesar minimal Rp 40 juta.

Kami memiliki utang kepada perusahaan tempat suami saya bekerja. Setiap bulannya ditarik sebesar Rp 1,3 juta dari gaji suami. Selain itu, kami juga memiliki utang untuk pembayaran kendaraan dan setiap bulannya harus membayar Rp 1,6 juta. Mulai tahun ini kami juga harus membayar cicilan rumah dengan angsuran Rp 1,8 juta.

Saya berniat mempersiapkan dana pendidikan untuk anak saya, saat ini berusia 8 bulan, akan tetapi saya juga ingin menabung untuk dana darurat. Selain itu ada juga keinginan untuk berinvestasi.

Kira-kira apa yang harus saya prioritaskan terlebih dahulu? Selain tentunya melunasi utang kami.

Atas saran dan jawabannya saya ucapkan terimakasih.

Dewi Komala

 

Jawaban WF 19

Salam kenal juga Bu Dewi :-)

Ketika seseorang sudah berumahtangga, tentunya banyak kebutuhan dan keinginan yang perlu dilaksanakan.

Tahap paling awal dari hal tersebut adalah apa tujuan keuangan Anda (ujungnya) dan apa yang Anda telah punyai serta bagaimana menjalankan tujuan-tujuan tersebut.

Melihat dari cash flow keluarga Bu Dewi, maksimal untuk cicilan yang diperkenankan adalah 30 persen dari Rp 6,4 juta yaitu Rp 1,92 juta. Itu artinya untuk cicilan ke perusahaan dan kendaraaan sebaiknya segera dilunasi yang paling pendek cicilannya atau yang paling besar bunganya, sembari tentu untuk segera melunasi cicilan rumahnya.

Untuk kendaraan, jika memang bisa diproduktifkan misalnya dengan menyewakan ketika tidak digunakan, akan lebih baik. Artinya akan ada pemasukan selain dari mengandalkan gaji suami.

Untuk pembayaran cicilan, uangnya bisa diambil dari uang lembur suami ibu atau bonus tahunan, dengan catatan tidak menambah utang baru.

Untuk bonus tahunan, selalu usahakan untuk membaginya menjadi 3 bagian : Modal Kerja (yang bisa membantu income suami), Investasi dan Konsumsi.

Dalam piramida perencanaan keuangan, yang paling mendasar ibu dan keluarga harus penuhi adalah dana tunai (cash).  Cash ini bervariasi tiap keluarga, tetapi sebagai panduan ibu bisa menargetkan minimal 2 kali pengeluaran bulanan Anda.  Misalnya pengeluaran bulanan Anda Rp 1 juta, maka paling tidak, ada cash di tangan Rp 2 juta. 

Dimulai dari hal yang paling kecil dahulu untuk menyisihkan Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu dari pendapatan keluarga Anda tiap bulannya.

Sembari menjalankan dana tunai, Anda juga bisa mengalokasikan dana darurat buat keluarga Anda, yang besarannya 9 kali pengeluaran bulanan (dengan anak baru 1).  Target idealnya 24 kali pengeluaran bulanan.

Setelah itu baru ibu menyisihkan proteksi income, kesehatan, dan harta benda.  Tetap prioritaskan proteksi kesehatan keluarga Anda terlebih dahulu.

Selanjutnya baru dana pendidikan dan dana pensiun untuk hari tua.

 

Apakah bisa?

Insya Allah ketika kita mulai meniatkan untuk merencanakan keuangan keluarga, yang paling esensi adalah melatih kebiasaan alokasi keuangan dahulu.  Semakin sering kita mempraktikkanya, maka semakin dekat Anda untuk MELEK FINANSIAL. Ketika melek finansial, kita akan lebih bijak dalam mengelola keuangan keluarga, berapapun yang suami Anda dan keluarga hasilkan tiap bulannya.

Khusus untuk dana pendidikan anak Anda, silahkan ibu mensurvei, berapa harga calon sekolah anak Anda hari dan membuat prediksi akan jadi berapa biaya nantinya (entah PAUD, TK-PT).

Jika ibu bisa mengurus untuk 5 tahun pertamanya (golden age), maka fokus untuk dana masuk SD saja. Jika tidak, bisa mempersiapkan dana untuk PAUD atau TK.

Asumsi yang biasanya dipakai oleh perencana keuangan adalah kenaikan sebesar 15-20 persen per tahun.  Jika ada kelebihan dari prediksi, misal kenaikan hanya sebesar 10 persen per tahun, anggap saja sebagai bonus untuk biaya-biaya yang lain.

Cara mengatasinya dengan mencari produk atau investasi yang melebihi angka 15 persen, jadi return atau imbal hasilnya di atas 15 persen per tahun.  Ibu bisa berinvestasi di emas LM (logam mulia), reksadana, saham, atau langsung ke sektor riil (tentunya dengan tetap memperhitungkan faktor resiko seperti umur, keterampilan dan lain-lain).

 

Selamat memilih prioritas terbaik untuk keluarga Anda!

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra

www.p3kcheckup.com

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement