REPUBLIKA.CO.ID, Saya baru menikah, awal tahun ini saya ikut suami ke Banjarmasin. Karena baru pindah, kami mengontrak rumah. Agar tidak dibilang kuper, saya ikut berbagai kegiatan di sana -mulai dari arisan RT, arisan komplek perumahan, pengajian-pengajian di majlis taklim, hingga arisan ibu-ibu di kantor suami.
Sementara penghasilan suami terbatas. Bagaimana cara saya menyikapinya?
Mohon pencerahannya
Terima kasih.
Evi
Banjarmasin
Jawaban WF 19
Selamat Pagi Bu juga Bu Evi
Selamat menapaki hidup baru, semoga ibu dan keluarga menjadi keluarga Asmara (As sakinah Mawadda Rahmah)
Mengenai arisan, mari kita tengok kembali ke maknanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.
Dikarenakan ibu sudah ikut di dalamnya, maka aturan main seperti kapan akan diadakannya atau dimulainya arisan, siapa saja yang boleh ikut, berapa iurannya, apakah barang atau uang yang menjadi objek arisan dsb ibu belum bisa sumbang saran.
Tetapi jika ibu sudah dianggap menjadi pengurus dalam sebuah komunitas, maka atauran main dalam arisan bisa ibu buat yang melingkupi prinsip-prinsip keadilan dalam hal keuangan.
Arisan secara teknis adalah kegiatan undian yang melibatkan sejumlah peserta dalam rentang waktu tertentu, yang pada akhirnya semua peserta akan kebagian undian tersebut. Contohnya seperti ini, ibu dan sembilan teman ibu mengumpulkan masing-masing Rp 100 ribu tiap bulan, atau total terkumpul Rp 1 juta tiap bulan.
Nantinya, pada tiap bulan salah satu peserta akan mendapatkan Rp 1 juta itu dengan cara diundi. Pada bulan berikutnya, undian dilanjutkan untuk peserta yang belum dapat. Tentu saja, peserta yang sudah pernah mendapat undian tetap harus menyetor Rp 100 ribu tiap bulan sampai 10 bulan, atau sampai semua peserta kebagian mendapat undian.
Sekarang mari kita bahas keuntungan dari arisan :
1. Ajang silaturrahim dan memperluas jaringan
Secara umum, arisan terbagi dua, arisan berbasis teritori (wilayah) dan arisan berbasis peminatan khusus.
Arisan yang ibu lakukan seperti arisan RT (Rukun Tetangga), arisan komplek perumahan termasuk kategori arisan berbasis teritori, sedangkan arisan pengajian-pengajian di majlis taklim dan arisan ibu-ibu di kantor suami termasuk kategori arisan berbasis pada peminatan khusus.
Tidak setiap orang baru di sebuah wilayah akan mau untuk memperkenalkan diri dan keluarganya ke setiap rumah disebuah Rukun Tetangga. Jadi cara yang paling efektif adalah dengan bergabung dalam sebuah wadah arisan ibu-ibu RT setempat.
Dengan bergabung di arisan tersebut, secara tidak langsung ibu sudah dikenal dan dipromosikan gratis, bahwa Anda adalah warga baru yang pro aktif. Selanjutnya dengan ikut arisan tersebut memperluas jaringan, baik dari sisi keterampilan, pemasaran maupun relasi baru yang jika di maintenance dengan baik akan menghasilkan benefit untuk masa depan Anda.
2. ‘Kepastian’ mendapatkan uang atau barang dalam waktu tertentu
Jika kita menganggap uang dari arisan adalah uang bonus atau uang lebih, berarti dalam sebuah periode, katakanlah 1 hingga 10 bulan ke depan, paling tidak dengan uang tersebut bisa kita gunakan untuk memenuhi mimpi-mimpi keuangan kita.
3. Sarana ‘berlatih’ menabung
Pada beberapa wanita, kebiasaan untuk bisa menyisihkan sebagian uang atau barangnnya untuk masa depan merupakan hal yang sulit-sulit gampang. Ketika mengingat akan mimpi keuangan seperti mau naik haji atau pergi berlibur, termotivasi untuk bisa menabung, syukur-syukur bisa investasi. Tetapi ketika harus menyisihkan sebagian uangnya, dimana kondisi keuangan keluarga lagi morat marit, maka kebiasaan menabung terpaksa dihentikan. Dengan ikut arisan, secara tidak langsung ibu ‘dipaksa’ untuk menabung, yang secara jangka pendek bisa langsung menghasilkan.
Lantas apakah ikut arisan ada kerugiannya dari sisi keuangan?
Jika kita lihat dari segi keuangan, memang arisan tidak memiliki keuntungan, dalam arti uang yang kita tabungkan selama satu putaran sama saja dengan yang kita dapatkan. Bedanya adalah, kalau kita dapat di awal, kita seperti mendapatkan pinjaman yang bisa kita cicil pembayarannya tanpa bunga. Tapi kalau dapatnya di akhir, kita seperti menabung tanpa dapat bunga atau bagi hasil.
Apalagi jika yang kita gunakan adalah mata uang rupiah yang terkena imbas inflasi, otomatis yang di awal akan senang sesaat, karena baru ikut satu putaran sudah langsung dapat uangnya, tetapi harus mencicil hingga 9 bulan ke depan. Sementara jika yang terakhir mendapatkannya, nilai uang menurun karena inflasi walau hanya 10 bulan. Itu artinya, sama-sama rugi.
Lantas apakah ada solusinya?
Lakukan arisan barang yang sama nilainya dari waktu ke waktu, seperti koin dinar emas atau koin dirham perak. Pada beberapa komunitas yang menjadikan koin dinar emas dan koin dirham perak bisa melakukan barter sukarela untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sembako, berobat ke dokter dan lain-lain.
Hari ‘Soul’ Putra
Financial Motivator
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected] SMS 0815 1999 4916.