Assalamu'alaikum wr.wb
Akhir-akhir ini, saya sering resah, penuh ketakutan dan kecurigaan takut ga cukup uang, takut sakit, takut patah hati.... Rasanya hidup ga adil.....resah...membuat saya susah tidur. Saya sering curiga terus kepada orang di sekitar saya, takut mereka berbuat/berniat jahat... Tiba-tiba saya merasa benci dan sakit hati sekali dengan orang yang menyakiti hati saya..bahkan orang di masa kecil saya....tapi saya tetap berusaha baik dengan mereka...tapi hati saya sangat sakit jika ingat lagi....
Apa yang harus saya lakukan? apakah ada do'a dan amalan khusus untuk menghilangkan resah, melapangkan hati? apakah yang terjadi dengan saya? apakah saya termasuk orang pendendam?
Saya sangat menunggu solusinya...
Terimakasih!
Jawaban
Semoga Allah memberikan rahmat kepada kita semua
1. Kesadaran bahwa sdr perlu merubah keadaan merupakan bekal yang cukup baik. Tinggal langkah apa yang bisa kita lakukan.
2. Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghilangkan perasaan sedih dan teman-temannya itu adalah sebagai berikut :
-Kuatkan iman sdr, dengan banyak belajar tauhid, menghayati tauhid dan iman dalam kehidupan, untuk kemudian mencoba meyakinkan diri kita akan konsep-konsep iman tersebut, satu demi satu
-Mindset revolution, yaitu merevolusi paradigma dan mindset. Salah satu hal yang membuat kita sedih adalah ketika visi hiudp kita tidak jelas, apalagi ditambah dengan hubbudunya (cinta banget sama dunia). Dalam kondisi seperti ini,maka hati akan mudah sedih.
-Mendekatlah kepada Allah dengan banyak beribadah terutama shalat dan dzikir. Allah adalah sumber kekuatan dan kebahagiaan.Siapa yang mendekat akan mendapatakan kebahagiaan dan kekuatan dalam hidup
-Berdoalah kepada Allah agar diberikan ketegaran, keteduhan, kekuatan, keberanian, kesabaran, kebahagiaan, ketentraman dalam hidup. Salah satu doanya. "Ya Allah karuniakan kami kesabaran…. Ya Allah jauhkan kami dari hati yang gundah gulana….Ya Allah kami berlindung kepadamu dari sifat sedih dan gundah gulana … Lebih jelasnya bacalah doa al-ma’tsurot kumpulan Imam Hasan al-Banna.